Di masyarakat, calon suami mempertanyakan keperawanan calon istri dianggap hal yang wajar. Keperawaman sering diidentikkan dengan kesucian perempuan karena menjaga keperawanan dinilai hanya bisa dilakukan perempuan baik yang pergaulannya terjaga. Lantas bagaimana jika sebaliknya? Bolehkah mempertantskan keperjakaan calon suami?
Bisa jadi pertanyaan tentang keperjakaan suami dianggap pertanyaan lucu. Karena teori-teori pembelajaran sosial digunakan untuk menjelaskan standar ganda. Contohnya adalah remaja perempuan dihukum atau dicela jika melakukan hubungan seks pranikah dengan dianggap perempuan murahan atau diisolasi dari pergaulan. Ini berbeda pada laki-laki, mereka yang tidak perjaka dianggap lelaki popular, keren dan layak dikagumi.
Tanyakan balik ke dirimu sendiri tentang motivasi bertanya tentang keperjakaan calon suami. Mengapa hal ini penting? Mengapa kamu sangat ingin tahu keperjakaanan pasanganmu? Apa karena kamu takut tertular penyakit kelamin? Apakah perlu perawatan lebih lanjut? Bagaimana jika kamu ditanya baik tentang keperawanan? Siapkah kamu menerima segala kemungkinan baik atau buruk yang terjadi? Pertimbangkan kembali jawaban perjaka tidaknya calon suami sebelum kamu bertanya.
Sama halnya mempertanyakan keperawanan, calon istri boleh juga mempertanyakan keperjakaan suami. Sebaiknya tanyakan sebelum menikah, karena bertanya pada pasangannya sesudah menikah itu sebenarnya sudah terlambat.
Seorang wanita dalam menentukan pilihan hidup tentunya menginginkan pria yang baik dan soleh serta mapan. Dialog tentang virginity bisa menjadi cara menguji kejujuran calon pasangan. Mengingat salah satu kriteria kesiapan pernikahan adalah adanya keterbukaan. Menguji kejujiran pasangannya sangat diperlukan dalam menjalani bahtera rumah tangga, dengan menguji kejujuran tersebut merupakan dasar keyakinan calon suaminya tidak melakukan penghianatan dikemudian hari.
Hanya saja harus mengelola cara diskusi. Jangan bertanya dengan sifat interogatif, tapi dengan berbagi. Ciptakan suasana yang nyaman dengan pasangan sebelum berdialog. Sulit memang untuk mengetahui calon suami masih perjaka atau tidak.
Tapi dengan melihat caranya menjawab pertanyaanmu tentang keperjakaannya, kamu bisa mempertimbangkan apakah dia layak dipertahankan. Apakah dia tersinggung? Apakah dia bisa menerima keingintahuanmu?
kejujuran penting dilakukan. Komunikasi adalah hal penting sebelum menikah, sehingga kamu tidak membuatnya kecewa. Kepercayaan dan kejujuran adalah kunci dari sebuah komitmen pernikahan.
Kita bisa mengetahui status virginity calon suami kita dengan cara menanyakannya langsung. Jika ia tulus sayang dengan kita, ia pasti akan berkata jujur tentang status virginity-nya.
Virginity adalah hal yang sangat pribadi. Virginity bisa menjadi harta yang paling berharga bagi mereka yang berhasil mempertahankannya hingga saatnya menikah dan virginity bisa saja menjadi aib jika mereka sudah tidak virgin lagi. Jadi jika calon suami masih perjaka pasti dia akan membanggakannya.
Jika kamu merasa malu untuk bertanya secara langsung, kamu bisa menanyakan tentang virginity kepada suami dengan berdialog. Mulailah dnegan tanyakan pendapatnya tentang keperawanan. Kamu bisa terbuka tentang pandanganmu sendiri terlebih dahulu.
Menurut ilmu psikologi, seorang pria jika diajak untuk berdiskusi mengenai topik keperjakaan akan terlihat jelas status keperjakaannya dilihat dari cara dia dalam merespon diskusi tersebut.
Jika dia terlihat sangat tertarik atau dia ingin sekali mendapatkan kesaksian terhadap topik yang sedang dibicarakan menandakan bahwa dia masih perjaka namun sebaliknya jika dia menghindar atau mengalihkan pembicaraan dari topik yang sedang dibicarakan, kemungkinan dia sudah tidak perjaka lagi atau dia mempunyai masalah dengan keperjakaannya.
Tujuan Pernikahan Bukan Cuma Hubungan Seksual
Bagaimana jika calon suami sudah tidak perjaka? Jawabannya berpulang pada dirimu sendiri. Apakah kamu bisa menerima kenyataan tersebut? Apakah kamu melihat calon suami menyesalinya dan berkomitmen untuk menjaga kehormatan kelak setelah menikah?
Kembali ke tujuan pernikahan sebagai tujuan bekeluarga. Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya. Mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, pembimbingan perkembangan kepribadian anak-anak, dan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarganya.
Jadi sebenarnya, keperawanan dan keperjakaan hanyalah salah satu tolak ukur kecil dibanding kesiapan pasangan sebagai calon istri dan ibu yang baik. Pernikahan bukan cuma membahas hubungan seksual. Memang itu faktor penting, namun ada faktor lain yang lebih penting untuk mencapai keharmonisan keluarga, yaitu kenyamanan lahir batin dengan pasangan.